Analisis bloomberg trum tariff china
Berikut ringkasan dan analisis dari Bloomberg mengenai kebijakan tarif yang digagas oleh Trump — baik sisi peluang maupun risiko — beserta implikasi terhadap ekonomi global dan AS:
📋 Ringkasan pandangan Bloomberg
- “Liberation Day Tariffs Are an Increasingly Costly Mistake”
- Bloomberg menilai bahwa kebijakan tarif besar-besaran yang memakai Undang-Undang Kecemasan (IEEPA – International Emergency Economic Powers Act) sebagai dasar — yang disebut “Liberation Day Tariffs” — memiliki potensi konsekuensi serius. Tarif ini berdampak pada triliunan dolar perdagangan dan menimbulkan beban bagi konsumen serta produsen domestik.
- “Who Loses the Most From Trump’s Tariffs? Who Wins?”
- Dalam artikel ini, Bloomberg membahas estimasi bahwa dengan kebijakan Trump, tarif efektif rata-rata impor ke AS bisa naik menjadi ~15,9% (dari ~2,3% sebelumnya).
- Pemenang: sektor industri domestik yang terlindungi dari kompetisi luar negeri, pemerintah AS yang memperoleh pendapatan dari tarif.
- Pihak yang dirugikan: konsumen AS (harga naik), perusahaan yang bergantung pada input impor, mitra dagang luar negeri (eksportir ke AS).
- “The Steep Cost of Tariffs Is Finally Coming Into Focus”
- Artikel opini Bloomberg ini menekankan bahwa meskipun tarif memberikan tambahan pendapatan (sekitar US$ 65 miliar dalam beberapa kalkulasi), biaya atas kenaikan harga barang konsumen sudah mulai terlihat nyata.
- “Trump Tariffs Reach US Consumers With Inflation Expected to Rise”
- Bloomberg melaporkan bahwa tarif-tarif baru akan menambahkan sekitar 0,4 poin persentase pada laju inflasi (inflation) yang diukur oleh indikator yang disukai oleh Federal Reserve AS.
- “Where Does Trump’s Tariff Campaign Stand?”
- Sebagai artikel penjelasan (explainer), Bloomberg Economics memperkirakan bahwa kebijakan tarif Trump bisa mendorong tarif efektif rata-rata menjadi ~16%, yang akan menjadi level tertinggi sejak era 1930-an.
- Dampak eksternal & reaksi global
- Dampak pada Jerman & ekspor Eropa mulai muncul dalam data perdagangan: Brexit dan tarif AS disebut sebagai bagian dari hambatan bagi ekspor.
- OECD memperingatkan bahwa kebijakan tarif Trump bisa merusak ekonomi global.
- Harga komoditas seperti tembaga ikut terpukul setelah ancaman tarif baru terhadap China diumumkan.
- Sektor obligasi (Treasury) di AS menunjukkan reli (turunnya yield) karena investor mencari “safe haven” saat pasar ekuitas tertekan oleh ketidakpastian tarif.
- Kekhawatiran tentang keberlanjutan & reaksi politik
- Dalam video wawancara Bloomberg, wakil kongres menyebut kebijakan tarif Trump sebagai “wild & erratic” (liar & tak menentu), mengkhawatirkan efek pada harga barang pokok dan stabilitas ekonomi domestik.
- Juga disebut bahwa tarif ekstrem seperti +100% terhadap impor China bisa sulit diterapkan secara berkelanjutan dan akan menghadapi perlawanan politik serta pasar.
🧐 Analisis: kekuatan & kelemahan, dan apa artinya
✅ Potensi kekuatan / motivasi
- Perlindungan industri dalam negeri
- Tarif tinggi bisa menjadi “tameng” bagi sektor industri yang selama ini kalah bersaing dengan produk impor murah.
- Pendapatan negara dari bea masuk
- Dengan volume impor yang masih besar, tarif bisa menjadi sumber penerimaan baru bagi negara.
- Taktik negosiasi & tekanan politik
- Tarif bisa dipakai sebagai alat tawar untuk memaksa negara mitra (terutama China) membuka pasar, atau melepas aturan ekspor bahan baku kritis seperti rare earth.
❌ Risiko & kelemahan signifikan
- Inflasi & daya beli konsumen turun
- Saat tarif dinaikkan, biaya impor naik → perusahaan meneruskan ke harga jual → konsumen membayar lebih.
- Respon balasan & perang dagang
- Negara mitra dagang bisa mengenakan tarif balasan, merusak ekspor AS.
- Distorsi rantai pasok global
- Banyak perusahaan global punya rantai produksi tersebar; disruptifnya tarif bisa menghambat produksi atau menaikkan biaya input.
- Efektivitas terbatas
- Jika tarif terlalu tinggi, impor menyusut drastis → pendapatan dari tarif juga bisa ambles.
- Ketidakpastian & volatilitas pasar
- Kebijakan yang diumumkan secara mendadak atau tak konsisten memicu ketidakpastian bagi investor dan bisnis.
- Beban politik domestik
- Kenaikan harga bahan pokok bisa memicu ketidakpuasan publik terhadap pemerintahan.
📌 Implikasi terhadap Indonesia / negara berkembang
- Ekspor ke AS bisa tersengat jika produk Indonesia terkena tarif tambahan, terutama jika dianggap sebagai substitusi produk AS atau terkait rantai pasok global.
- Kompetisi negara lain
- Indonesia bisa berada di posisi “korban kolateral” jika AS mencari sumber impor pengganti China atau negara lainnya — ini bisa membuka peluang maupun tantangan.
- Tekanan inflasi impor di pasar global
- Negara berkembang yang bergantung impor bahan baku/energi bisa merasakan tekanan harga yang membebani produksi lokal.
Comments
Post a Comment